Back to Top

Hi, Guest!

  LOKASI :  Kota Yogyakarta

Bergabung Selama :

BAGIKAN :   

Bagikan :
  • Standard Indonesia Tentang Pemadaman Api ( SNI Tentang Pemadam Api )
Produk atau jasa ini sudah tidak dijual, silakan hubungi perusahaan bersangkutan untuk keterangan lebih lanjut.

Standard Indonesia Tentang Pemadaman Api ( SNI Tentang Pemadam Api )

Update Terakhir
:
20 / 12 / 2019
Min. Pembelian
:
1 Unit
Dilihat Sebanyak
:
2978 kali

Harga

CALL
Bagikan
:
Depot Safety is the No. 1 Occupational Health and Safety Service Company in Indonesia

Perhatian !

Perusahaan ini terdaftar sebagai Free Member. Hindari melakukan pembayaran sebelum bertemu penjual atau melihat barang secara langsung. COD (Cash On Delivery) atau bertemu langsung dengan penjual merupakan metode transaksi aman yang kami sarankan.

Detail Standard Indonesia Tentang Pemadaman Api ( SNI Tentang Pemadam Api )

Standard Indonesia Tentang Pemadaman Api ( SNI Tentang Pemadam Api ) , Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan APAR ( PER.04/ MEN/ 1980) .

Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan APAR ( PER.04/ MEN/ 1980) . Untuk mencegah mula terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja. Kebakaran dapat digolongkan : a. Kebakaran bahan padat kecuali logam ( Golongan A) b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar ( Golongan B) c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan ( Golongan C) d. Kebakaran logam ( Golongan D) Jenis alat pemadam api ringan terdiri : a. Jenis cairan ( air) b. Jenis busa ( Foam / Foam Liquid ) c. Jenis tepung kering ( Dry Powder ) d. Jenis gas ( hydrocarbon berhalogen dan sebagainya) Ketentuan APAR: 1. Tabung alat pemadam api ringan harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya. 2. Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat. 3. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti ( box apar) yang tidak dikunci. 4. Lemari atau peti ( box apar ) seperti tersebut dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman ( safety glass) dengan tebal maximum 2 mm. 5. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya seperti tersebut tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati 6. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman ( safety glass) tersebut harus disesuaikan dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti ( box apar ) sehingga mudah dikeluarkan. 7. Pemasangan alat pemadam api ringan ( apar ) harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas ( puncaknya) berada pada ketinggian 1, 2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering ( dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai. 8. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49° C atau turun sampai minus 44° C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas. 9. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terkuka harus dilindungi dengan tutup pengaman. Tata cara pemasangan Alat Pemadam Api Ringan ( APAR) : 1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 2. Pemberian tanda pemasangan APAR tersebut. 3. Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan. 4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut. 5. Penempatan tersebut antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja. 6. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah. Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan ( APAR) : 1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 ( dua) kali dalam setahun, yaitu: pemeriksaan dalam jangka 6 bulan dan 12 bulan. A. Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam) bulan meliputi: a) Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan mekanik penembus segel; b) Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label harus selalu dalam keadaan baik c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak. d) Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras diluar tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali; e) Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali; f) Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali; g) Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang kembali. h) Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida ( CO2) harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan. B. Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas) bulan a) Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut: · Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan. · Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu. · Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat. · Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik. · Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik. · Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat karena karat. · Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik. · Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak dengan baik. · Lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik. · Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. b) Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti menurut ketentuan sebagai berikut. · Isi tabung harus diisi dengan berat yang telah ditentukan. · Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu. · Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh tersumbat. · Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, harus dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan luas penekan harus dalam keadaan baik. · Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik. · Lapiran pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik. · Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. c) Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering ( dry chemical) dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut: · Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir. · Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh buntu atau tersumbat. · Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk dan sisi yang tajam. · Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik. · Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat. · Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik. · Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya yang diperiksa dengan cara menimbang. d) Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC ( Carbon Tetrachiorida) harus diadakan pemeriksaan lebih lanjut sebagai benikut : · Peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan bahwa pompa tersebut dapat bekerja dengan baik. · Tuas pompa hendaklah dikembalikan lagi pada kedudukan terkunci sebagai semula. · Setelah pemeriksaan selesai, bila dianggap perlu segel diperbaharui. 2. Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat. 3. Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 ( lima) tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan coba selama 30 ( tiga puluh) detik. 4. Untuk alat pemadam api jenis busa dan cairan harus tahan terhadap tekanan coba sebesar 20 kg per cm2. 5. Tabung gas pada alat pemadam api ringan dan tabung bertekanan tetap ( stored pressure) harus tahan terhadap tekanan coba sebesar satu setengah kali tekanan kerjanya atau sebesar 20 kg per cm2 dengan pengertian. kedua angka tersebut dipilih yang terbesar untuk dipakai sebagai tekanan coba. 6. Untuk alat pemadam api ringan jenis Carbon Dioxida ( CO2) harus dilakukan percobaan tekan dengan syarat: · Percobaan tekan pertama satu setengah kali tekanan kerja. · Percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja. · Jarak tidak boleh dari 10 tahun dan untuk percobaan kedua tidak lebih dari 10 tahun dan untuk percobaan tekan selanjutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun. 7. Apabila alat pemadam api jenis carbon dioxida ( CO2) setelah diisi dan oleh sesuatu hal dikosongkan atau dalam keadaan dikosongkan selama lebih dan 2 ( dua) tahun terhitung dan setelah dilakukan percobaan tersebut pada ayat ( 4) , terhadap alat pemadam api tersebut harus dilakukan percobaan tekan ulang sebelum diisi kembali dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya tidak boleh lebih dari 5 ( lima) tahun. 8. Untuk tabung-tahung gas ( gas containers) tekanan cobanya harus memenuhi ketentuan. 9. Jika karena sesuatu hal tidak mungkin dilakukan percobaan tekan terhadap tabung alat 10. Pemadam api, maka tabung tersebut tidak boleh digunakan sudah 10 ( sepuluh) tahun terhitung tanggal pembuatannya dan selanjutnya dikosongkan. 11. Tabung-tabung gas ( gas containers) dan jenis tabung yang dibuang setelah digunakan atau tabungnya telah terisi gas selama 10 ( sepuluh) tahun tidak diperkenankan dipakai lebih lanjut dan isinya supaya dikosongkan. 12. Tabung gas ( tahung gas containers) yang telah dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dipakai lebih lanjut harus dimusnahkan. 13. Apabila dalam pemeriksaan alat pemadam api jenis carbon dioxida ( CO2) sesuai dengan ketentuan terdapat cacat karena karat atau beratnya berkurang 10% dari berat seharusnya, terhadap alat pemadam api tersebut harus dilakukan percobaan tekan dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya tidak boleh lebih dari 5 ( lima tahun) . 14. Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap alat pemadam api ringan, tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap diselembar pelat logam pada badan tabung. 15. Untuk tabung gas bertekanan harus ditimbang dan lapisan cat perlindungan harus dalam keadaan baik. 16. Katup atau pen pengaman harus sudah terpasang sebelum tabung dikembalikan pada kedudukannya. 17. Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali harus dilakukan pemeriksaan dan kemungkinan harus dilakukan tindakan sebagai berikut: · Isinya dikosongkan secara normal · Setelah seluruh isi tabung dialihkan keluar, katup kepala dibuka dan tabung serta alat-alat diperiksa. 18. Apabila dalam pemeriksaan alat-alat tersebut terdapat adanya cacat yang rnenyebabkan kurang amannya alat pemadam api dimaksud, maka segera harus diadakan penelitian. 19. Bagian dalam dan luar tabung, harus diteliti untuk memastikan bahwa tidak terdapat tubang-lubang atau cacat karena karat. 20. Setelah cacat-cacat yang mungkin mengakibatkan kelemahan konstruksi diperbaiki, alat pemadam api harus diuji kembali dengan tekanan 21. Ulir tutup kepala harus diberi gemuk tipis, gelang tutup ditempatkan kembali dan tutup kepala dipasang dengan mengunci sampai kuat. 22. Apabila gelang tutup terbuat dari karet, harus dijaga gelang tidak terkena gemuk. 23. Tanggal, bulan dan tahun pengisian, harus dicatat pada badan alat pemadam api ringan tersebut. 24. Alat pemadam api ringan ditempatkan kembali pada posisi yang tepat. Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara: 1. Untuk asam soda, busa, bahan kimia, powder, harus diisi setahun sekali; 2. Untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus diisi 2 ( dua) tahun sekali. 3. Untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 ( tiga tahun sekali, sedangkan jenis Iainnya diisi selambat-lambatnya 5 ( lima) tahun 4. Bagian dalam dari tabung alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen atau tepung kering ( dry chemical) harus benar-benar kering sebelum diisi kembali 5. Alat pemadam api ringan jenis cairan dan busa diisi kembali dengan cara: a. Bagian dalam dari tabung alat pemadam api jenis cairan dan busa ( Chemical harus dicuci dengan air bersih) b. Saringan, bagian dalam tabung, pipa pelepas isi dalam tabung dan alat-alat expansi tidak boleh buntu atau tersumbat. c. Pengisian ulang tidak boleh melewati tanda batas yang tertera. d. Setiap melakukan penglarutan yang diperlukan, harus dilakukan dalam bejana yang tersendiri. e. Larutan sodium bicarbonat atau larutan lainnya yang memerlukan penyaringan pelaksanaannya dilakukan secara menuangkan kedalam tabung melalui saringan. f. Timbel penahan alat lainnya untuk menahan asam atau larutan garam asam ditempatkan kembali ke dalam tabung. g. Timbel penahan yang agak longgar harus diberi lapisan tipis/ petroleum jelly sebelum dimasukan. h. Tabung gas sistim dikempa harus diisi dengan gas atau udara sampai pada batas tekanan kerja, kemudian ditimbang sesuai dengan berat isinya termasuk lapisan zat pelindung. 6. Alat pemadam api ringan jenis hydrocarbon berhalogen harus diisi kernbali dengan cara: a) Untuk tabung gas bertekanan, harus diisi dengan gas atau udara kering sampai batas tekanan kerjanya. b) Tabung gas bertekanan harus ditimbang dan lapisan cat pelindung dalam keadaan baik. c) Jika digunakan katup atau pen pengaman, katup atau pen pengaman tersebut harus sudah terpasang sebelum tabung dikembalikan pada kedudukannya. 7. Alat pemadam api ringan jenis tepung kering ( dry chemical) harus diisi dengan cara: a. Dinding tabung dan mulut pancar ( nozzle) dibersihkan dan tepung kening ( dry chemical) yang melekat. b. Ditiup dengan udara kering dan kompressor atau N2 c. Bagian sebelah dalam dari tabung harus diusahakan selalu dalam keadaan kering. Tanda Menyatakan Tempat Alat Pemadam Api Ringan Yang Dipasang Pada Dinding : Rambu Segitiga Alat Pemadam Api Ukuran Standar : 1. Segi tiga sama sisi dengan warna dasar merah. 2. Ukuran sisi 35 cm. 3. Tinggi huruf 3 cm. berwarna putih. 4. Tinggi tanda panah 7, 5 cm warna putih Keterangan : Lihat Gambar diatas Tanda Untuk Menyatakan Tempat Alat Pemadam Yang Dipasang Pada Tiang Kolom : 1. Warna dasar tanda pemasangan merah. 2. Lebar BAN pada kolom 20 cm sekitar kolom Keterangan : Lihat Gambar diatas Kebakaran dan Jenis Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) Keterangan : Lihat Gambar diatas Referensi: Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/ MEN/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Referensi terkait yang dapat digunakan: 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No Per.02/ MEN/ 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/ MEN/ 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja 3. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/ M/ BW/ 1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Standar Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran Di Daerah 5. SNI 19-6772-2002 : Tata cara sistem pemadam api FM 200 ( hfc-227 ea) 6. SNI 03-3987-1995 : Tata cara perencanaan, pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung 7. SNI 03-3988-1995 : Pengujian kemampuan pemadaman dan penilaian alat pemadam api ringan 8. SNI 19-0180-1987 : Tabung pemadam api portable

Tampilkan Lebih Banyak